sebuah catatan

menemukan tulisan di bawah dalam catatan perjalanan (hidup).

23.34 [8 Maret, 2016]

Kemarin, ketika sedang belajar bahasa Indonesia di tempat les, saya dikejutkan oleh teman saya yang tiba-tiba memeluk dari samping. Matanya berkaca-kaca.
“Nad….”
“Ya?”
“Akuu…heeuh….Engga jadi, ngga papa.”
Saya tau, sebenernya kenapa-napa. Tapi mungkin belum tepat waktunya untuk bercerita. Masih pelajaran bahasa Indonesia.
Setelah pelajaran selesai, barulah dia bercerita.
“Aku kesel Nad, tiba-tiba ada yang ngambil jurusan aku…”
Lagi, ini tentang kelas 12.
“…kenapa sebelum pindah dia ngga bilang ke aku? Kalo gitukan aku bisa pilih jurusan di tempat lain..”
“…sengaja aku pindah jauh, biar ngga ada yang ngambil jurusan aku. Dan biar aku ngga ada saingannya. Aku ngga mau punya masalah sama orang lain, Nad. Tapi kenapa sih, orang lain tuh kayak nyari masalah sama aku? pindah seenak jidat. Aku udah finalisasi SNMPTN Nad. Ngga bisa diubah lagi… Dan nilai aku lebih kecil dari dia…”
Dia menyeka air matanya.
“Mau kuliah dimana aku Nad? UN aja masih belepotan. Apalagi kalo aku harus SBM…ditambah lagi, tiba-tiba ada orang yang ngambil jurusan di universitas yang aku pengenin…nilainya lebih besar pula.”
“..Aku gatau harus apa..” lanjutnya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Biasanya, teman saya yang satu ini nggak akan sedih dengan hal seremeh ini. Kenapa saya anggap remeh, karena saya kenal baik bahwa dia pernah punya masalah yang besar (banget) daripada ini dan sudah terlewati dengan keimanan.
Iya, keimanan. Kepercayaan total pada Tuhannya bahwa semua akan baik-baik saja.
“Allah itukan Maha Penyayang, ngga mungkin Allah ngecewain hambanya. Udah gitu, Allah Maha Mengetahui. Yah, kalo kita kecewa kitanya aja yang ngga tauu.. dan emang bener kalo sebenernya kita emang ngga tau apa-apa. Yang mesti kita lakuin, ikutin skenario Allah dan percaya bahwa semua akan baik-baik aja..”
Menerima sebuah kehendak Tuhan yang berlawanan dari keinginan memang sulit. Tapi dengan keimanan, saya rasa semua akan biasa-biasa saja. Malah jadi tenang gitu, hatinya.
Dan kalau jodoh mah gakemana. Kalau memang teman saya ini ditakdirkan ke universitas yang dia idamkan dengan 100.000 pesaing dibelakang, ya teuteup bakal masuk ke universitas itu, in syaa Allah.
Mungkin ini gunanya saling mengingatkan. Bukan berarti teman yang sedang jatuh itu ‘minim ilmu’. sebenernya, dia lebih ngerti kalau masalah kehidupan seperti ini dibanding saya:“” mungkin dia hanya sedang lupa, dan butuh untuk diingatkan.
Jadi,
Saling mengingatkan ya kawan! 😃

[September, 2017]

Cerita itu adalah cerita setahun yang lalu. Dan yang namanya hidup, terus berlanjut, bukan?
Seseorang yang bercerita kepada ku setahun lalu itu ternyata diterima SNMPTN undangan selang beberapa hari setelah ia bercerita putus asa sambil menangis tersedu-sedu kepadaku. Masih tak percaya, ia mengatakan padaku “aku masih ngga percaya Nad.. Allah begitu sangatt baik.” dengan mata yang berkaca-kaca.
Maka aku percaya, bahwa Allah memberikan kejutan padanya dengan diterimanya ia lewat jalur yang tak disangka-sangka agar makin menguatlah keimanannya.
Dan aku, di luar dugaan pun ternyata harus lebih jauh lagi berjuang. Di luar perhitungan ku sebelumnya. Lama aku meraba-raba apa maksud-Nya kepada ku, yang ternyata tetaplah sama pada akhirnya: memberikanku kejutan, di waktu yang tepat, agar semakin kuatlah keimanan ku pada rencana-Nya.

Azka Nada Fatharani

Hanya seorang makhluk mikroskopis yang sedang berkelana mencari makna, mengumpulkan bekal di bumi-Nya. Tulisan di sini adalah ruang katarsis media pengingat untuk penulis pribadi sebenarnya.

Related Posts:

No comments:

Post a Comment