ketika ayah pulang

Aku ingat semasa kecil ketika ayah pulang.

Ayah membuka pintu mengucap salam; aku berlari ke arahnya dan langsung minta untuk digendong.

Aku ingat semasa kecil ketika ayah pulang.

Ketika kendaraannya sudah terdengar dari kejauhan. Mataku melirik tajam, mukaku sumringah, berlarian ke bunda dan mengatakan, "bunda, ayah pulang!" .. kemudian langsung menanti ke beranda rumah, menantinya, kemudian menyambutnya.

Sekarang, bertahun berlalu. aku tidak sekecil dulu.

Ketika ayah pulang, sudah tidak "senorak" dulu.

Tapi mungkin bagi ayah, ayah merindukan masa lalu ketika ada anak yang menyambutnya di rumah dengan tatapan sumringah. Memasang tatapan "waaah" terhadap apapun yang dibawanya sebagai "oleh-oleh" sepulang kerja untuk orang di rumah, walaupun hal tersebut tidaklah mewah.

-----

hari ini ayah pulang bawa makanan.

Hari sudah malam, sedangkan aku sudah membiasakan diri paling lambat makan malam pukul 7.

Dan aku, paling anti kalau sudah sikat gigi malam kemudian di suruh makan. Se-anti-itu karena malas lagi sikat gigi.

Aku berusaha mengulur waktu sikat gigi agar menghargai makanan yang ayah bawa.

Ayah tiba memarkirkan kendaraannya. Tapi bukan masuk ke dalam rumah, ayah berbincang dengan bapak2 di lapangan. Ku kira mereka makan bersama.

Dah lah weh, sikat gigi saja.

Hingga akhirnya..

Ayah chat di grup keluarga karena kami sama2 sudah kembali ke kamar. Aku baru sadar saat mengetik ini betapa ku balas chat ayah dengan jawaban begitu datar.

Chat Itu pula yang mengingatkanku bahwa sudah tidak ada lagi "anak kecil" yang menyambutnya pulang kemudian minta untuk digendong.

---
Akhirnya aku runtuhkan sikat gigiku untuk  menghargai. Sikat gigi bisa lagi, tapi menghargai seseorang... itu gak terhingga nilainya.

Duh  mengarah kemana tulisan ini? Gpp
*ditulis untuk ngingetin nada di masa depan.

Bahwa ada hati yang perlu dijaga, dan kamu paling tau siapa pemiliknya: orang-orang yang telah Allah kirim untuk menjadi pemanis dalam hidupmu-- yang menyayangi, dan engkau sayangi.

Azka Nada Fatharani

Hanya seorang makhluk mikroskopis yang sedang berkelana mencari makna, mengumpulkan bekal di bumi-Nya. Tulisan di sini adalah ruang katarsis media pengingat untuk penulis pribadi sebenarnya.

No comments:

Post a Comment