Kenapa Menikah?

Kemarin, aku diingatkan oleh teh Juan.


"Jadi, kelak kamu mau menikah karena apa?"

Menikah biar ada yang mengingatkan? menikah agar bisa belajar bersama? menikah biar ada yang bisa menuntun? menikah biar ada yang ngejagain? Menikah biar ada yang bikin kamu tentram?


"Memangnya, pernikahan seperti apa yang kamu bayangkan?"


Bila pernikahan yang kamu bayangkan hanyalah agar mendapatkan teman untuk melakukan kebaikan,

tidakkah perlu kita ingat kisah Asiyah yang begitu shaliha namun bersuamikan Fir'aun yang mengaku Tuhan? Betapa setiap harinya ia harus bersama dengan seseorang yang berbuat kedzaliman? setiap harinya ia harus tegar dan bersabar berpegang teguh dengan keimanan?


Bila pernikahan yang kamu bayangkan adalah agar mendapatkan teman yang selalu berada di sisi,

Tidakkah kita mengingat kisah Ibunda Hajar yang berada di Makkah hanya berdua dengan Ismail di tengah padang pasir? hanya berdua, tidak bersama dengan Ibrahim AS sang suaminya. Hingga ia mencari minum untuk anaknya pun perlu berlari sedari Shafa hingga ke Marwa.


"Ingatkah kamu dengan ungkapan yang selalu kau sebut dalam shalat... sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah. sadarkah, kalau kita bilang seperti itu?"

sudah berapa juta kali kah kita mengatakannya dalam shalat? namun sudah berapa juta kali pula kita berusaha benar-benar mengamalkannya? memahaminya? dengan sebenar-benar bahwa,


sesungguhnya semuanya hanya untuk Allah. se-lu-ruh-nya, hanya untuk Allah.


Atau kamu lupa dan tidak paham, bahwa kamu telah berjuta-juta kali merapalnya?


sudah berapa kali kita berupaya untuk memahaminya? mengamalkannya? menjadikan tiap nafas yang berembus ya memang hanya karena dan untuk Allah?


Pun bukan hanya setelah menikah baru menjalankan ibadah, namun sebelumnya pun juga.

Segala hidupmu saat masih sendiri pun seharusnya bernafaskan ibadah. Pun kelak nanti ketika menikah.


Karena segalanya ibadah, maka pernikahan itu juga ibadah. Pun segala prosesnya sejak menuju ke arah tersebut, harus dalam koridor yang menunjukkan bahwa kita beribadah pada-Nya--melakukan apa yang diperintahkan, dan menjauhi apa yang dilarang..


kalau benar menikah karena ibadah.. apa kabar dengan ibadah-ibadah saat ini--saat masih sendiri?


Gimana sholatnya, khusyu'?

bagaimana shaumnya?

bagaimana tahajudnya?

bagaimana dhuhanya?

bagaimana tilawahnya?

bagaimana berbaktinya kepada orangtua?

bagaimana kau memaknai dan menggunakan waktu-waktu mu saat ini?

dan "bagaimana-bagaimana" lainnya..


maka, kelak nantinya, menikahlah karena Allah.

Dan semoga karenanya Allah berikan sakinah, mawadah, dan Rahmah kepadamu dan kepadanya--kepada keluargamu nantinya.


Menikahlah agar semakin kuat ketaatan-mu pada-Nya. 


menikahlah, karena Allah pinta, karena ibadah..


Kelak ketika telah menikah, jangan buat dirimu menjadi lebih bergantung padanya, namun lebihlah kau bergantung pada-Nya.


Maka apabila di tengah perjalanan dalam pernikahan kau temukan onak dan duri, kau bisa bertahan dan melewatinya dengan keimanan.


Perbaikilah terus diri sendiri selagi masih sendiri. Benarkan niatmu; perdalam dan luaskan ilmumu; perbaiki ibadahmu; Perangi hawa nafsu. Selesaikan permasalahan diri sendiri saat masih sendiri.


Hingga nanti saatnya tiba, Allah ridhoi pernikahanmu sebagai rumah tangga keluarga pembangun peradaban. Yang kebersamaannya bukan hanya sebatas ketika di dunia, namun juga hingga surga.


Menikahlah karena Dia, bukan dia. 


"jangan harap bisa bangun keluarga pembangun peradaban kalau ngurus dan ngejaga diri sendiri aja masih gembel." -Teh Juan

-----------

Ps. Pernikahan, kematian. Entah diantara keduanya mana yang terjadi lebih dulu. Tapi yang pasti, kedua-duanya butuh persiapan. Dan menyiapkan keduanya ternyata tidak perlu dipisahkan. Maka bersiaplah! Jangan buang-buang waktu dalam kesia-siaan. Ambil banyak kesempatan, perbanyak dan luaskan kebermanfaatan.


Pss. Akuu sangat senang kalau ada opini lain sehingga kita bisa sama-sama belajar. Feel free untuk kasih tau kalau ada hal yang perlu dikoreksi, yaa~


Psss. Tentu, sebagai manusia, kita memiliki fitrah dan kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. Islam adalah agama yang sempurna, mengatur semua hal dalam hidup manusia. Dalam Islam, pernikahan disebut sebagai perjanjian yang kokoh dan suci (mitsaqon gholizhoo). Sedemikian mulianya islam memandang pernikahan menunjukkan pernikahan bukanlah hal yang sepele apalagi tidak penting.


tentunya, Allah mensyariatkan sesuatu bertujuan untuk kebaikan dan mendatangkan manfaat bagi hamba-Nya, kan?


Azka Nada Fatharani

Hanya seorang makhluk mikroskopis yang sedang berkelana mencari makna, mengumpulkan bekal di bumi-Nya. Tulisan di sini adalah ruang katarsis media pengingat untuk penulis pribadi sebenarnya.

No comments:

Post a Comment