Kemarin, aku dan faza memutuskan untuk berlari sore sembari mencari makanan. Kami memutuskan tetap pergi walaupun sebenarnya, sebelum berangkat dari rumah langit sudah sangat mendung pertanda bahwa hujan akan segera turun. Benar saja, ditengah perjalanan a.k.a "pelarian" hujan turun cukup deras. Syukurlah kami membawa payung jadi tidak terlalu kebasahan walau angin yang ada membuat payung jadi sedikit tidak berguna. Senang ya senang, karena sudah lama rasanya aku tidak bermain hujan-hujanan.
Setelah lari kurang lebih 30 menit, kami kemudian berhenti dan masuk ke dalam tenda penjual martabak. Tendanya cukup kecil, ditambah lagi dengan pembeli yang banyak jadi tarasa agak padat.
"Bang, pesen martabak keju susu 1, martabak telur 2 yaa." Ucapku memesan. Kemudian, aku dan Faza duduk di kursi sambil bercakap-cakap mengenai apa saja.
Faza, adalah adik pertamaku. Usia kami beda 7 tahun. Cepat sekali rasanya waktu berlalu. Sekarang dia sudah SMP. Tingginya bahkan sekarang seperti ingin membalap tinggiku. Dan ohiya, ternyata akupun sudah menua, sebentar lagi akan masuk kepala dua :")
30 menit berselang, akhirnya pesanan kami datang.
"Martabak manis keju-susu dan telurnya, neng" Ucap abang martabak sambil memberikan 2 dus martabak.
"Loh, bang, saya kan pesen 3? keju-susu 1 dan martabak telur 2?"
"Ooh, martabak telurnya 2 dus?"
"Iyaa...."
"Waah, saya kira 1 martabak tapi 2 telur, neng.. hehe maaf ya neng. Bentar, saya buatin lagi."
"Hehe, iya bang.." Ucap saya yang kemudian kembali duduk ke kursi karena harus menunggu (lagi).
Ternyata benar, bahwa yang dilakukan oleh manusia adalah benar.
Setidaknya, benar bagi dirinya.
Saya merasa telah benar memesan dengan kalimat yang tanpa sadar ternyata ambigu, dan abangnya pun merasa telah benar membuatkan martabak sesuai atas pesanan yang ada.
Sebuah pelajaran, Nad. Setidaknya nanti kemudian hari kalau ada apa-apa coba dicrosscheck lah. Apapun. Apapun yang didengar dan mau disampaikan ke orang lain, terutama. Karena apa-apa yang didengar kemudian kamu persepsikan seperti itu kebenarannya belum tentu benar itu sebuah kebenaran, kan? contohnya kasus abang martabak tadi. Apalagi kalau infonya didapat dari mulut ke mulut--harus lebih ekstra hati-hati.
terimakasih banyak bang martabak atas pelajarannya! :D
Setelah lari kurang lebih 30 menit, kami kemudian berhenti dan masuk ke dalam tenda penjual martabak. Tendanya cukup kecil, ditambah lagi dengan pembeli yang banyak jadi tarasa agak padat.
"Bang, pesen martabak keju susu 1, martabak telur 2 yaa." Ucapku memesan. Kemudian, aku dan Faza duduk di kursi sambil bercakap-cakap mengenai apa saja.
Faza, adalah adik pertamaku. Usia kami beda 7 tahun. Cepat sekali rasanya waktu berlalu. Sekarang dia sudah SMP. Tingginya bahkan sekarang seperti ingin membalap tinggiku. Dan ohiya, ternyata akupun sudah menua, sebentar lagi akan masuk kepala dua :")
30 menit berselang, akhirnya pesanan kami datang.
"Martabak manis keju-susu dan telurnya, neng" Ucap abang martabak sambil memberikan 2 dus martabak.
"Loh, bang, saya kan pesen 3? keju-susu 1 dan martabak telur 2?"
"Ooh, martabak telurnya 2 dus?"
"Iyaa...."
"Waah, saya kira 1 martabak tapi 2 telur, neng.. hehe maaf ya neng. Bentar, saya buatin lagi."
"Hehe, iya bang.." Ucap saya yang kemudian kembali duduk ke kursi karena harus menunggu (lagi).
Ternyata benar, bahwa yang dilakukan oleh manusia adalah benar.
Setidaknya, benar bagi dirinya.
Saya merasa telah benar memesan dengan kalimat yang tanpa sadar ternyata ambigu, dan abangnya pun merasa telah benar membuatkan martabak sesuai atas pesanan yang ada.
Sebuah pelajaran, Nad. Setidaknya nanti kemudian hari kalau ada apa-apa coba dicrosscheck lah. Apapun. Apapun yang didengar dan mau disampaikan ke orang lain, terutama. Karena apa-apa yang didengar kemudian kamu persepsikan seperti itu kebenarannya belum tentu benar itu sebuah kebenaran, kan? contohnya kasus abang martabak tadi. Apalagi kalau infonya didapat dari mulut ke mulut--harus lebih ekstra hati-hati.
“Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR. Muslim no. 5)
terimakasih banyak bang martabak atas pelajarannya! :D
No comments:
Post a Comment