Mengintip Keelokan Gaya Arsitektur Stasiun di Jakarta

       Kita telah mengetahui bahwa Indonesia dahulu pernah dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad, dan oleh bangsa Jepang kurang lebih 3,5 tahun. Lamanya bangsa asing menjajah Indonesia menyebabkan banyak dampak yang Indonesia peroleh dari penjajahan negara asing ini. Entah terhadap budaya, politik, pendidikan, hingga gaya arsitektur sebuah bangunannya.
        Keelokan gaya arsitektur sebuah bangunan menjadikan sebuah bangunan tersebut menjadi unik, indah, menarik, mempunyai makna, juga berseni. Dari keelokan gaya arsitektur pula bisa membuat suasana wilayah tersebut menjadi berbeda dengan wilayah yang lainnya.
      Bukan hanya bangunan rumah saja yang mempunyai gaya arsitektur unik, perkantoran dan tempat terminal transportasi pun mempunyai gaya arsitektur yang unik pula. Contohnya adalah beberapa stasiun kereta di Kota Jakarta. beberapa stasiun kereta yang memiliki keunikan dari segi arsitekturnya di Kota Jakarta adalah...


1. Stasiun Jakarta Kota (BEOS)


      Ini diaa.. BEOS. Berdiri ditengah Kota Jakarta, dan dibangun pada masa penjajahan Belanda merupakan salah satu faktor pemakaian gaya arsitektur yang menjadikan bangunan stasiun ini dijuluki "Het Indische Bouwen" yang berarti "Gedung Hindia" karena sebuah karya dengan kesederhanaan yang bercita rasa seni tinggi. seperti filosofi yunani kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Bangunan gedung ini mengkombinasikan struktur dan teknik modern barat ala Art Deco yang berpadu dengan bentuk tradisional setempat.




2. Stasiun Tanjung Priok


 
       Yang keduaa, Stasiun Tanjung Priok (Stasiun Priok). Stasiun ini dibangun oleh Gubernur Jendral AFW Indenburg. Stasiun ini memakai gaya arsitektur Eropa pada saat itu. Yaitu gaya neo klasik yang berpadu dengan gaya kontemporer atau juga disebut sebagai gaya art deco. Suatu gaya bangunan yang popular saat perang dunia I berakhir. Stasiun ini menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia yang berada di selatan. Alasan pembangunan stasiun ini karena pada masanya wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah hutan dan rawa-rawa sehingga membutuhkan sarana transportasi yang aman.
        Sedikit informasi, dulu stasiun ini pernah menjadi salah satu stasiun kebanggaan Batavia di akhir abad ke-18. Stasiun ini memiliki sejenis bunker dan terowongan yang dapat ditembus hingga sampai ke pelabuhan Tanjung Priok. Namun, ada info yang mengatakan bunker dan terowongan ini bisa sampai menuju pulau onrust, museum fatahillah dan sebagainya. Hal ini masih belum pasti karena perlu bukti yang nyata, yang akhirnya membuat para akreolog terus menelusuri dan mencari kebenaran itu.


       Kondisi stasiun yang pernah menjadi kebanggan Pemerintah Hindia Belanda akhir abad ke-18 ini sempat terbengkalai dan berubah menjadi kawasan kumuh. Kemunduran fisik itu bermula ketika stasiun ini tidak difungsikan lagi sebagai stasiun penumpang pada awal tahun 2000. Namun pada awal 2009 PT KAI mulai melakukan pemugaran besar besaran. Dan pada tanggal 28 Maret 2009, Stasiun ini kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kini, pengunjung masih dapat melihat jejak-jejak sejarah di Stasiun Tanjung Priok  yang semakin terlihat. Juga dapat membayangkan betapa artistiknya seni perpaduan antara gaya neo-klasik dengan gaya kotemporer.

3. Stasiun Jatinegara


        Yang ketiga adalah Stasiun Jatinegara. Berdiri pada tahun 1910 dan diperkirakan dirancang oleh arsitek Ir. S. Snuyff, kepala sementara Biro Perancang Departemen Pekerjaan Umum.  Stasiun yang berdiri diantara tanah bekasi barat dan Jakarta Timur ini memiliki keelokan arsitektur disebabkan dengan gaya yang ia miliki yaitu gaya arsitektur Eropa yang mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Yaitu gaya peralihan antara Indische Empire dengan gaya Kolonial Modern.
       Nah, Penggunaan atap dengan kemiringan tajam di stasiun ini merupakan bentuk atap rumah Eropa, dimana kemiringan itu ditujukan agar salju cepat jatuh. Namun, karena stasiun ini berada di tempat beriklim tropis, penggunaan atap seperti ini hanya bertujuan untuk mengalirkan air hujan.


    

4. Stasiun Pasar Senen


      Dan yang ke-empat adalaah.. Stasiun Pasar Senen. Stasiun ini biasa dipanggil juga dengan sebutan Stasiun Senen. Dibangun oleh seorang arsitek bernama J. Van Gendt dengan gaya Neo-Indische yang merupakan gaya peralihan ke gaya modern. 


       Sedikit informasi, awalnya stasiun Pasar Senen hanya merupakan tempat pemberhentian sementara kereta api jalur Batavia-Bekasi. Namun lambat laun penumpang yang ingin menaiki kereta api disini semakin banyak. Akhirnya dibangunlah Stasiun Pasar Senen pada tahun 1916 dan di resmikan pada tanggal 19 Maret 1925.
_______

      Tanpa disadari ataupun disadari, kota Jakarta memiliki cukup banyak stasiun unik nan elok dan bersejarah yang berpeluang menarik minat pengguna transportasi. Tidak hanya bagi pengguna transportasi (yang berwarga negara Indonesia), tapi juga untuk mereka, wisatawan manca negara. Maka saya berharap masyarakat (saya pun juga pastinya) untuk turut berpartisipasi dalam menjaga keelokan bangunan stasiun (ataupun bangunan/benda bersejarah) di Indonesia, serta bangga akan warisan cagar budaya yang ada didalam negara.

-salam hangat, anf-

sumber : makalah saya, koran kompas, buku panduan wisata jakarta (tanpa mall), serta om wikipedia dan mbah google


Azka Nada Fatharani

Hanya seorang makhluk mikroskopis yang sedang berkelana mencari makna, mengumpulkan bekal di bumi-Nya. Tulisan di sini adalah ruang katarsis media pengingat untuk penulis pribadi sebenarnya.